Minggu, 10 Oktober 2010

Kisah Singkat Perjalanan Hidup


Nama                :    Ir. I Ketut Suwita
Alamat              :   Jalan Tangkuban Perahu Gang I No. 9A Br. Teges
                              Padang Sambian Klod  - Denpasar
                              Koordinat  (8º39’29,90”S   115º10’47,51”E)
Telp                  :   0361 425379 / 0818556887 
E_mail              :   myswithvande@yahoo.co.id
                                                                                                                                                                                                    
Terlahir tahun 1963 di Desa Tejakula, Buleleng bagian timur.  Sebagai anak ke 8 dari 11 saudara dan menikmati kehidupan layak nya anak desa yang kesehariannya dihabiskan dengan bermain, membantu orang tua mencari air, kayu bakar dibebukitan, memancing di sungai atau mandi kepantai.  Ketika duduk di kelas 4 SD,  pada tahun 1973 ibuku tercinta meninggal dunia.  Setamat SD di awal tahun 1976 melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 2 di kota Singaraja, ikut dengan kakak sulungku.  Sebagai anak desa yang lugu aku sering menjadi bahan tertawaan temen-temen sekelas, terutama logat bahasa dan kata2 yang khas. Lama kelamaan akhirnya aku bisa menyesuaikan diri dan bahkan menunjukkan prestasi akademis yang melebihi kemampuan rata-rata temen sekelas.  Saat kelas II SMP pada tahun 1977, ayahku menyusul kepergian ibu untuk selama-lamanya. Jadilah aku anak yatim piatu. Beruntung semua kakak dan iparku  sangat peduli dengan pendidikanku, sehingga dengan petuah dan kasih sayang yang diberikan aku bisa tumbuh dan bergaul seperti apa adanya sampai tamat SMP.
Yang membanggakan saat SMP, aku terpilih mewakili Kwarcab Buleleng ke Jambore Nasional di Sibolangit Sumatra Utara.
Entah bagaimana ceritanya, setamat SMP kakakku menitipkan diriku di salah satu family yang tinggal di Denpasar untuk melamar masuk SMA Negeri 3,  dan kebetulan aku mampu bersaing dalam seleksi penerimaan siswa baru sehingga diterima sebagai siswa SMA Negeri 3 Denpasar.
Sebagai orang Buleleng yang hijrah ke Badung saat itu, tentu tidak banyak yang aku kenal. Sedangkan teman-teman sekelas di I E, sudah pada akrab karena ada yang sudah berteman sejak SD, sejak SMP bahkan sejak TK. Disini lagi-lagi logat dan kata-kata khas buleleng menjadi bahan olok-olok temen sekelas, bahkan sempat ngotot berargumentasi mempertahankan istilah kaja = selatan, kelod = utara,   yang pada akhirnya baru dipahami setelah dibangku kuliah.
Di SMA Negeri 3 aku mulai lagi menyesuaikan diri dengan temen-temen baru yang punya kemampuan jauh diatas apa yang aku miliki, baik dari penampilan, finansial, dan akademis.
Syukurnya di sekolah ini diterapkan disiplin yang ketat dan adanya larangan membawa sepeda motor, sehingga secara psikologis dapat mengurangi perasaan minder menjadi agak percaya diri.
Sebagai anak kost (walupun tidak menyewa rumah), segala keperluan harus disiapkan sendiri, mulai bangun pagi, masak nasi, beli lauk(kadang2 masak sayur dan ikan sendiri), nyapu kamar. Semua itu aku jalani apa adanya dengan mengatur waktu sebaik-baiknya agar kewajiban sekolah tidak terganggu.  Nilai-nilai raport dari kelas 1 s/d kelas 3 biasa-biasa saja menurut ukuran kelas unggulan (IPA3), namun akan menjadi istimewa kalau dibandingkan dengan kelas lain . Setiap libur semesteran aku selalu menunjukkan nilai raport kepada kakak-kakakku yang menanggung biaya sekolahku sehingga dengan nilai yang lumayan aku tidak akan mengecewakan mereka.
Kegiatan ekstra yang pernah diikuti antara lain PMR, menabuh dan Ikut mengiringi folksong (sebagai tukang kempul). Untuk yang satu ini sempat rekaman dan ditayangkan di TVRI Denpasar.  Tradisi mendaki gunung yang kami ikuti dari Gunung Abang, Gunung Mangu, Lempuyang, Batukaru, Batur dan Gunung Agung ditandai dengan pemberian sertifikat/Tanda Penghargaan, merupakan kebanggaan dan memiliki kesan khusus untuk selalu ingat dengan SMA Negeri 3 Denpasar.  
Itulah sedikit yang terkenang saat mengenyam pendidikan di SMAN 3 Denpasar yang sejak th 1981 untuk pertama kali diplesetkan menjadi TRISMA sebagai nama majalah dinding dan lebih eksklusif lagi menjadi Trismapaga untuk komunitas kelas III IPA 3.
Singkat cerita, tamat dari TRISMA ikut Perintis 3 dengan mendaftar di Universitas Udayana dengan Pilihan IPA (Teknik Arsitektur dan Teknik Sipil)  IPS (Fak. Ekonomi & Sastra Bali).
Sempat juga ikut Perintis 2 dengan pilihan MIPA UGM, namun gagal.  Ketika hasil seleksi Perintis 3 diumumkan ternyata diterima di 2 Fakultas, yaitu Teknik Arsitektur dan Ekonomi.
Sasuai dengan pilihan utama maka aku memutuskan untuk memilih Fakultas Teknik Arsitektur.
Pada awal semester 1 sempat ingin pindah ke jurusan sipil, karena sebagian besar temen kuliahku kemampuan menggambarnya jauh melebihi kemampuanku, karena ada yang sudah pernah kuliah di Arsitek dwijendra, Ngurah Rai,  ada juga yang tamatan STM.  Atas saran Pembantu Dekan I untuk mencoba sampai tahun ajaran baru, akhirnya aku coba berlatih dan berlatih sampai saatnya pengumuman hasil ujian semester I dan II semua mata kuliah yang diambil lulus. Jadi sayang kalau angka kredit yang sudah terkumpul tidak dimanfaatkan. Maka kuliah di Arsitek pun terus aku lanjutkan sambil bekerja seadanya, walau sempat merasakan jenuh kuliah dan nyaris berhenti karena kondisi perekonomian keluarga sekarat lantaran  kebun jeruk yang menjadi andalan diserang penyakit CVPD.  Syukur ada dewa penolong ditengah kesulitan yang kuhadapi. Salah satu teman kuliahku (putra gubernur saat itu) memberikan banyak fasilitas, dari tempat tinggal, sepeda motor, alat-alat gambar sampai makanpun diberikan. Sehingga aku bisa lebih fokus dan bersemangat lagi untuk segera menyelesaiakan kuliahku. Akhirnya setelah 7 tahun lebih dibangku kuliah pada bulan Pebruari 1990 kami diyudisium dan diwisuda sebagai sarjana arsitektur Oktober 1990.
Tanpa menunggu berlama-lama setelah diyudisium langsung diangkat sebagai Site Manager Pembangunan Sebuah Villa di Tanjung Benoa s/d th 1992.  selanjutnya dipercaya sebagai Kabag Teknik kontraktor PT. Kencana Werdhi Ayu Group s/d th 1998, Kemudian sebagai direktur pada perusahaan yang sama s/d th 2003.  Karena persaingan bisnis  yang mulai kurang sehat, maka kutinggalkan dunia kontraktor, dan beralih sebagai konsultan sampai sekarang.
Menikah tanggal 25 Juni 1993 dengan cewek singaraja  bernama Luh Mei Wahyuni, SE yang berprofesi sebagai dosen di Politeknik Negeri Bali. (pertemuanku dengan istriku untuk pertama kali ketika Kuliah Kerja Nyata bersama-sama di Desa Banjar Tegeha-Buleleng)
Hampir 3 tahun setelah menikah, tepatnya pada 4 Nopember 1996 baru punya anak satu-satunya yang kuberi nama P. Winda Radianita, yang saat ini baru kelas IX di SMP Negeri 2 Denpasar.  
Demikian selayang pandang perjalanan hidup seorang Ketut Suwita.